Rabu, 11 Juni 2008

Nirbaya,Catatan Harian Mochtar Lubis

Pemandangan agak berbeda di Bentara Budaya, Palmerah Jakarta Barat Rabu (7/5) lalu. Tepat pukul 13.00 sampai 15.00 WIB diadakan launching buku berjudul Nirbaya, yang berisi catatan harian Mochtar Lubis. Buku yang diluncurkan tersebut merupakan terbitan Yayasan Obor Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Studi Pembangunan Pers (LSPP).

Hadir Jakob Oetama (Pemimpin Yayasan Obor Indonesia dan Pemimpin Umum Harian Kompas), Adnan Buyung Nasution (Avokat dan rekan Mochtar Lubis), Masmiar Mangiang (dosen FISIP UI), dan Ignatius Haryanto (Direktur Eksekutif LSPP dan direktur Program Mochtar Lubis Award) yang hadir sebagai pembicara dalam launching buku tersebut.

Nirbaya merupakan sejarah buku yang panjang. Buku tersebut ditulis pada tahun 1975, lalu naskah tersebut pertamakali diterbitkan dalam bahasa Belanda pada 4 tahun silam. Dan kemudian naskah ini perlu menunggu hingga hampir 30 tahun kemudian untuk bisa diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Launching buku juga bersamaan perayaan hari jadi Yayasan Obor Indonesia yang ke-30 tahun dan juga peluncuran Mochtar Lubis Award yang akan dianugerahkan kepada insan pers dalam karyanya.

Buku yang berisi 142 halaman, menggambarkan bagaimana sosok kehidupan dari seorang Mochtar Lubis. Mochtar Lubis dilahirkan tanggal 7 Maret tahun 1922 di Padang dan meninggal pada 2 Juli 2004 di Jakarta. Mochtar Lubis adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama di Indonesia. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya, salah satu pendiri Yayasan Obor Indonesia, dan a juga keterlibatannya dalam dunia pers nasional maupun internasional. Selain itu, Mochtar Lubis juga tercatat sebagai pendiri majalah sastra dan budaya Horison.

Di luar karier kewartawanan, Mochtar Lubis juga dikenal sebagai seorang sastrawan dengan kritik sosial yang tajam seperti dalam buku Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung dan Harimau-harimau. Namun sebagai budayawan ia pun dikenal sangat tajam. Keikutsertaannya dalam Kongres Kebudayaan di Taman Ismail Marzuki bulan Juli 1997 melahirkan buku berjudul Manusia Indonesia. Mochtar Lubis pernah menerima anugerah Pena Emas dari Federasi Internasional dan Perhimpunan Pers (1967), dan juga dikenang oleh International Press Insitute (IPI) sebagai salah satu dari “Heroes of The Twentieth Century”--diantara 50 orang di dunia yang mendapatkan penghargaan serupa. Mochtar Lubis memang patut dikenang. Ketokohan dan idealisme di bidang jurnalistik bisa menjadi pelajaran bagi kita. Agus

Tidak ada komentar: