Rabu, 11 Juni 2008

Yayasan Karya Kasih Andreas Memberikan Pelayanan Pendidikan Humanis

Sekolah-sekolah di bawah Yayasan Karya Kasih menekankan pembelajaran untuk siswa secara interaktif. Iklim sekolah yang kondusif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengapresiasi pembelajaran, berhasil mendorong prestasi siswa.


Sekolah Andreas dengan Yayasan Karya Kasih berlokasi di Kompleks Green Garden - Kedoya, Jakarta Barat merupakan embrio pendidikan yang dimulai sejak tahun 1989. Pada saat itu pendidikan baru dimulai dengan 2 kelas Taman Kanak-kanak dan 2 kelas untuk Sekolah Dasar. Semula sekolah hanya menempati ruko (rumah toko) di Sunrise Garden Blok X selama 2 tahun. Kemudian dengan kebijakan Gereja berada di daerah tersebut, Yayasan Karya Kasih kemudian mendirikan SMP (periode ajaran 1991-1992) dan SMA (periode ajaran 2000-2001). Sehingga dengan proses berjalannya waktu Sekolah Andreas telah memiliki PG/TK,SD,SMP dan SMA kesemuanya berada satu lokasi dengan Gereja St. Andreas sendiri di Kompleks Green Garden.


Dengan semboyan sekolah “Non Scholae Sed Vitae Dicimus” yang berarti sekolah bukan hanya untuk ilmu melainkan sekolah juga untuk hidup. Pendidikan sekolah Andreas menerapkan metode dalam proses pembelajaran merupakan metode siswa aktif. Hal tersebut terlihat didalam kelas diadakan diskusi kelompok ataupun dialog ketika GOCARA mendatangi sekolah Andreas tersebut. Kepala SMP FX. Maridjo yang juga mantan pelaksana harian di Yayasan Karya Kasih, mengatakan, metode pembelajaran yang diterap mengharuskan siswa aktif. Pengembangan kemampuan intelektual tidak hanya menjadi perhatian tetapi juga berkomitmen menumbuh kembangkan semua keceradasan (multiple Intelligence), mengedepankan penanaman nilai untuk membentuk pribadi yang berkarakter kuat dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan pengalaman nilai kehidupan lewat interaksi belajar.


Strategi mencapai hasil tanpa meninggalkan prestasi unggul juga tampak dalam srata nilai pendidikan nasional, yang beberapa diantaranya ditempuh dengan pembelajaran dilaksanakan secara efektif. Menciptakan dan melestarikan budaya mutu dengan salah satu caranya adalah profesionalisme pengajar yang sangat diperhatikan, pengelolaan secara efektif tenaga kependidikan, manajemen secara profesional dan transparan. Selain itu, pengembangan sekolah, -pembinaan moral dengan karakter seluruh warga sekolah dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengapresiasikan diri dalam proses metode pembelajaran.

Pengembangan dan pendampingan untuk siswa, menurut Maridjo, benar-benar dipraktekkan dalam pendekatan melalui guru dan siswa, sekolah dengan orangtua, dan juga yayasan dengan staf guru antar unit. Hubungan tersebut dirasakan harmonis dan timbul pendekatan yang simpatik. Sehingga tidak menimbulkan “gap” antar siswa, siswa dengan guru, yayasan, dan orangtua. Selain memiliki keunikan tersendiri dengan pendidikan moral, lokasi yang berada dalam kompleks area gereja, Sekolah Andreas memiliki keunikan tersendiri dalam rangka mewujudkan visi, misi dan startegi. Hal itu dapat tergambar pada SMP Andreas dimana sistem pembelajaran berpegang pada kedisiplinan, keteladanan, mutu pendidikan, sarana prasarana, pengawasan yang melekat dan pendidikan yang religius.

Tidak terlepas dari visi dan misi yang telah digariskan dalam bidang pendidikan, SMP Andreas berusaha menciptakan pendidikan pluralistis, tidak bersifat diskriminatif dan ekslusif. Sekolah ingin melestarikan kemajemukan yang ada di dalam masyarakat, dan pengabdian dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berusaha dikembangkan oleh sekolah dengan pengadaan komputer sebagai kegiatan intra-kurikuler. Sekolah tidak menutup mata dengan perkembangan yang dimanfaatkan secara tidak benar dan telah berdampak negatif pada mentalitas anak.

Terobosan-terobosan baru terus dilakukan, salah satunya adalah dengan peningkatan SDM. Tenaga pendidik dan kependidikan harus memenuhi syarat baik secara administratif ataupun kualitas. Secara administratif guru harus bersekolah S1 dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan. Selain itu, ada prasyarat tertentu dalam untuk menjadi seorang pengajar seperti indeks prestasi kumulatif (IPK) memenuhi syarat dari perguruan tinggi yang diakui baik dan juga lulus seleksi test penerimaan. Untuk peningkatan terus dilakukan pelatihan, studi banding dalam peningkatan yang menjadi bagian utama dalam skala prioritas.

Jumlah siswa untuk setiap kelas pun dibatasi pada angka 20-25 siswa. Hal itu dimaksudkan agar pembinaan dan penanaman nilai pembelajaran dapat berlangsung aktif, dan efisien. Team work yang kompak, cerdas, dan dinamis menjadi pusat perhatian dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sementara pengembangan kepribadian peserta didik dan sekaligus memasyarakatkan mutu pendidikan, SMP Andreas menjalin pengembangan dengan komunitas pendidikan. Melalui komunitas pendidikan diharapkan muncul persepsi sama diantara unit-unit di bawah Yayasan Karya Kasih dalam mengemban pelayanan pendidikan. “Perwujudan dari kegiatan sekolah juga diapresiasikan dengan menyelenggarakan Andreas Cup. Melalui kegiatan Andreas Cup ini sekolah dapat bergandeng tangan dalam mewujudkan kebersamaan tetapi juga sekaligus dapat meningkatkan prestasi khususnya dalam bidang olahraga dan organisasi sekolah,” ujar FX Maridjo.Agus

Tidak ada komentar: